Dunia perfilm-an Indonesia sekarang ini sedang didominasi oleh film-film ber-genre horror, entah mengapa?, mungkin karena Indonesia adalah salah satu Negara ‘terklenik’ di dunia atau mungkin karena saking banyaknya dukun-dukun yang berteberan dan eksis di Indonesia, namun itulah realitanya bahwa film ber-genre horror sedang digandrugi oleh kebanyakan orang Indonesia.
Dibalik itu semua bermunculan pula film Indonesia ber-genre selain horror yang meramaikan dan bahkan menjadi film yang fenomenal di dunia perfilm-an Indonesia yang tidak kalah dengan film ber-genre horror, sebut saja film besutan hanung bramantyo ayat-ayat cinta, lalu film lain yang diambil dari novel best seller terkenal karya habiburrahman el-shirazy ketika cinta bertasbih 1 & 2 yang sangat fenomenal dengan jumlah penonton yang membludag di hampir semua bioskop di Indonesia, kemudian film lain seperti perempuan berkalung sorban dan masih banyak pula yang lainnya.
beberapa minggu yang lalu penulis juga berkesempatan menonton film yang cukup menyita perhatian khalayak ramai, yaitu satu lagi film karya suami dari zaskia adya mecca, hanung bramantyo yang berjudul tanda Tanya “?”. Mengapa penulis katakan menyita perhatian khalayak ramai karena selain film ini besutan sutradara terkenal se-kaliber hanung yang tidak diragukan lagi kualitasnya, juga karena film ini banyak mendapat kritik, khusunya dari MUI dan ormas-ormas islam lainnya.
memang film ini secara ekspilsit menonjolkan toleransi beragama yang sangat tinggi, begitu juga ketika penulis menonton fim tanda Tanya “?” itu. “Toleran, menghargai perbedaan, dan juga disispi ‘guyonan’ kecil yang membuat tertawa para penonton”. Itulah komentar yang akan dilontarkan ketika selesai menonotn film itu.
Tapi diketika kita sedikit mencermati dan mengkritisi film tersebut kita akan menemukan adegan-adegan dan skenario dalam alur ceritanya yang sepertinya secara tidak langsung atau secara langsung telah dibubuhi pemikiran-pemikiran tentang pluralisme agama.
Inilah beberapa adegan atau peran yang harus kita beri perhatian lebih dan harus kritis dalam menyikapinya,pertama peran atau sosok Rika (diperankan endhita), seorang istri yang kecewa terhadap suami. Rika memutuskan pindah agama, dari Islam menjadi Katolik. Ia berujar, bahwa kepindahan agamanya bukan berarti mengkhianati Tuhan. Meskipun Katolik, Rika sangat toleran. Anaknya , – masih kecil, bernama Abi –dibiarkannya tetap Muslim. Bahkan, ia mengantarjemput anaknya ke masjid, belajar mengaji al-Quran. Di bulan puasa, dia temani dan dia ajar Abi berdoa makan sahur.
Di Film “?” (Tanda Tanya), Rika ditampilkan sebagai sosok ideal: murtad dari Islam, tapi toleran dan suka kerukunan. Pada segmen lain, Rika mengatakan, BAHWA agama-agama ibarat jalan setapak yang berbeda-beda tetapi menuju tujuan yang sama, yaitu Tuhan. Kata Rika mengutip ungkapan sebuah buku, “… semua jalan setapak itu berbeda-beda, namun menuju ke arah yang sama; mencari satu hal yang sama dengan satu tujuan yang sama, yaitu Tuhan.”
Mulanya, kemurtadan Rika tidak direstui ibunya. Anaknya yang Muslim pun awalnya
menggugat. Tapi, di ujung film, Rika sudah diterima sebagai “orang murtad” dari Islam. Bahkan, ada juga yang memujinya telah mengambil langkah besar dalam hidupnya.
Kisah dan sosok Rika cukup mendominasi alur cerita dalam film tanda Tanya “?” garapan Hanung Bramantyo ini. Rika tidak dipersoalkan kemurtadannya. Padahal, dalam pandangan Islam, murtad adalah kesalahan besar dan resikonya pun sangat besar, karena murtad itu menyangkut iman seseorang, yang mana iman itu dalam pandangan islam adalah hal paling urgent. Sebagaimana Allah berfirman :
”Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, Maka mereka Itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka Itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (QS 2:217).
Masih menyorot tentang sosok Rika dalam film tanda Tanya “?”. Rika pindah agama, dari Islam menjadi Katolik. Dalam konsepsi Islam, Rika bisa dikatakan telah melakukan dosa syirik, karena mengakui Yesus sebagai Tuhan atau salah satu Oknum dalam Trinitas. Padahal, dalam al-Quran Nabi Isa a.s. jelas-jelas menegaskan dirinya sebagai Rasul Allah. Nabi Isa adalah manusia, dan bukan Tuhan, atau anak Tuhan. Ini pandangan Islam. Tentu, ini bukan pandangan Kristen.
Dalam perspektif Islam, menurunkan derajat al-Khaliq ke derajat makhluk adalah tindakan tidak beradab. Begitu juga sebaliknya, menaikkan derajat makhluk ke derajat al-Khaliq juga tidak beradab. Itu musyrik namanya.
Inilah yang penulis merasa heran, dan penuh Tanda Tanya, mengapa dalam film tanda Tanya “?” -- yang diproduksi dan digarap seorang yang beragama Islam -- soal ganti agama, soal keluar dari Islam, soal pergantian mukmin menjadi kafir, dianggap perkara kecil dan remeh?
Jika kita renungkan secara serius, Pluralisme Agama sejatinya bisa begitu dekat dengan ateisme. Ketika orang menyatakan, “semua agama benar”, sejatinya bersemayam juga satu ide dalam dirinya, bahwa “semua agama salah”. Sebab, “Tuhan” (God), yang dipersepsikan kaum Pluralis adalah Tuhan yang abstrak. Tuhan kaum Pluralis adalah Tuhan dalam angan-angan, yang boleh diberi nama siapa saja, diberi sifat apa saja, dan cara menyembahnya pun boleh suka-suka. Kapan suka disembah, kapan-kapan tidak suka, bisa diganti dengan Tuhan lain. Cara menyembah Tuhan, menurut mereka, juga sesuka selera manusia. Bosan dengan cara satu, bisa diganti dengan cara lain. Sebab, dalam konsep mereka, tidak ada satu cara yang pasti benar dalam ibadah, sesuai petunjuk seorang Nabi.
Jadi, saat seorang yang mengaku Pluralis berkata, “Semua agama menyembah Tuhan yang sama”, maka secara hakiki, dia telah berdiri di luar Islam. Sebab, dia tidak lagi menuhankan Allah. “Tuhan”, baginya, bisa siapa saja, berupa apa saja, dan berwujud apa saja. Bisa disebut Yehweh, bisa Allah, bisa Yesus, bisa Brahmin, dan bisa juga Iblis! Yang penting dikatakan “Tuhan”, yang penting God! Padahal, seorang Muslim sudah mengikrarkan syahadat: “Tidak ada Tuhan selain Allah”.
Sosok dan peran lain yang secara dominan ditampilkan dalam Film tanda Tanya “?” adalah seorang bernama Surya (diperankan agus kuncoro). Ia seorang laki-laki Muslim, berprofesi sebagai aktor figuran yang ingin menjadi aktor utama tapiselalu gagal namun pada akhirnya dia bisa berperan menjadi aktor utama tapi berperan menjadi yesus . Dia berteman dengan Rika. Karena miskin, ia terusir dari rumah kosnya. Lihatlah, dalam film ini, Ibu Kos yang “bakhil” itu ditampilkan dalam sosok berjilbab, dan mengajari anak Rika agar membaca buku-buku Islam!
Surya memuji-muji Rika telah melakukan sesuatu yang berarti dalam hidupnya. Mereka berkawan akrab. Surya ditampilkan sebagai sosok yang polos, kocak dan naif. Untuk uang, dan mungkin untuk mempertontonkan fenomena “kerukunan umat beragama”, Surya menerima tawaran Rika agar berperan sebagai Yesus. Ia rela beradegan – seolah-olah -- dipaku di tiang salib di sebuah Gereja Katolik saat perayaan Paskah. Pada kali lain, ia berperan sebagai Santa Claus. Sebagian jemaat Gereja sempat memprotes sosok Yesus diperankan seorang Muslim. Terjadi perdebatan. Muncul Pastor yang menyetujui penunjukan Surya sebagai tokoh Yesus.
Seperti halnya Rika, tampaknya sosok Surya ditampilkan sebagai representasi fenomena toleransi dan “kerukunan”. Setelah merelakan dirinya berperan sebagai Yesus, Surya kembali ke masjid membaca surat al-Ikhlas, sebuah surat dalam al-Quran yang menegaskan kemurnian Tauhid. “Katakan, Allah itu satu. Allah tempat meminta. Allah tidak beranak dan diperanakkan. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya.” Allah itu satu! Allah tidak punya anak! Ini gambaran dalam Film tabda Tanya “?” karya Hanung ini.
Padahal, surat al-Ikhlas seperti mengoreksi doktrin pokok dalam agama Kristen, yang dirumuskan sekitar 300 tahun sebelumnya, di Konsili Nicea (325 M), sebagaimana disebutkan dalam Nicene Creed:
“Kami percaya pada satu Allah, Bapa Yang Mahakuasa, Pencipta segala yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. Dan pada satu Tuhan Yesus Kristus, Putra Allah, Putra Tunggal yang dikandung dari Allah, yang berasal dari hakikat Bapa, Allah dari Allah, terang dari terang, Allah benar dari Allah Benar, dilahirkan tetapi tidak diciptakan, sehakikat dengan Bapa…” (Norman P. Tanner, Konsili-konsili Gereja).
kalau kita lihat kembalil, al-Quran sudah menjelaskan: “Dan ingatlah ketika Isa Ibn Maryam berkata, wahai Bani Israil sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian, yang membenarkan apa yang ada padaku, yaitu Taurat, dan menyampaikan kabar gembira akan datangnya seorang Rasul yang bernama Ahmad (Muhammad).” (QS 61:6). Dalam al-Quran, ada cerita Lukmanul Hakim yang menesehati anaknya: “Syirik adalah kezaliman besar.” (QS 31:13).
Namun dengan demkian bukan berarti islam tidak toleran, tidak mengakui dan menghargai perbedaan. Islam toleran, mengakui dan juga sangat menghargai perbedaan namun tidak berarti harus kehilangan keyakinan.
Seperi ketika kisah Saat Nabi Muhammad s.a.w. diutus, di wilayah Timur Tengah, sudah eksis pemeluk Yahudi, Kristen, dan kaum musyrik Arab. Nabi Muhammad s.a.w. mengajak mereka untuk memeluk Islam, mengakui Allah satu-satunya Tuhan dan dirinya adalah utusan Allah. Nabi tidak menyatakan, “Semua agama sama-sama jalan yang sah menuju Tuhan!” Bahkan, ada perintah al-Quran dalam surat al-Kafirun (109): “Katakan, hai orang-orang kafir, aku tidak menyembah apa yang kamu sembah! Dan tidak pula kamu menyembah apa yang aku sembah! Dan aku bukanlah penyembah sebagaimana kamu menyembah! Dan kamu bukanlah pula penyembah sebagaimana aku menyembah!”
Dalam Tafsirnya, Al-Azhar, Prof. Hamka menjelaskan, asbabun nuzul surat al-Kafirun ini berkaitan dengan tawaran damai empat tokoh kafir Quraisy yang resah dengan dakwah Tauhid Nabi Muhammad saw. Mereka adalah al-Walid bin al-Mughirah, al-Ash bin Wail, al-Aswad bin al-Muthalib dan Umaiyah bin Khalaf. Mereka mengajukan usulan: “Ya Muhammad! Mari kita berdamai. Kami bersedia menyembah apa yang engkau sembah, tetapi engkau pun hendaknya bersedia pula menyembah yang kami sembah….”
Buya Hamka mencatat: “Soal akidah, di antara Tauhid Mengesakan Allah, sekali-kali tidaklah dapat dikompromikan atau dicampur-adukkan dengan syirik. Tauhid kalau telah didamaikan dengan syirik, artinya ialah kemenangan syirik.”
Lebih jauh Buya Hamka menjelaskan: “Surat ini memberi pedoman yang tegas bagi kita pengikut Nabi Muhammad bahwasanya akidah tidaklah dapat diperdamaikan. Tauhid dan syirik tak dapat dipertemukan. Kalau yang haq hendak dipersatukan dengan yang batil, maka yang batil jualah yang menang.”
Itulah paparan Buya Hamka, ulama terkenal dan salah satu Pahlawan Nasional di Indonesia. Kita bisa menyimpulkan, jika ada yang menyatakan, bahwa “semua agama adalah jalan kebenaran”, saat itu dikepalanya telah hilang konsep iman dan kufur, konsep tauhid dan syirik. Baginya, tiada penting lagi, apakah seorang bertauhid atau musyrik; tak perlu dipersoalkan makan babi atau ayam, minum khamr atau jus kurma; tidak penting lagi berjilbab atau telanjang; tiada beda antara nikah atau zina; yang penting – katanya – adalah mengasihi sesama manusia. Saat itu, sejatinya, agama-agama sudah tidak ada; sudah diganti dengan SATU AGAMA: “agama global”, “agama universal”, “agama kemanusiaan”, atau “agama cinta”.
Sebenarnya apakah yang ingin disampaikan dan dituju oleh film tanda Tanya “?” ini? Penulis tidak ingin menuduh dan ber-su’udzon tapi marilah kita cermati dan kritisi bersama.
Masih ada sosok lain yang diidolakan dalam film tanda Tanya “?”. Namanya, Menuk (diperankan revalina s. temat). Dia seorang muslimah, berjilbab pula. Menuk bekerja di sebuah retoran China. Bermacam makanan dijual di sana, termasuk babi. Dengan mencolok kepala babi ditampilkan. Kata si empunya restoran, bahan babi dan bahan lain dipisahkan.
Menuk diterima bekerja dengan baik di restoran ini. Ia diberi kebebasan ibadah. Dalam salah satu segmen, ditayangkan Menuk sedang shalat, disampingnya Nyonya pemilik restoran juga sedang bersembahyang sesuai dengan agamanya.
Pesan dari pemunculan sosok Menuk ini cukup jelas: inilah contoh toleransi! Muslimah berjilbab rela bekerja di sebuah restoran yang menjual babi.
Syukurlah, di akhir cerita, anak pemilik restoran bersedia memeluk Islam. Ini tentu baik, dalam perspektif Islam. Tetapi, apakah perlu harus melalui proses bekerja di sebuah restoran yang menjual babi?
Tujuan baik tidak boleh menghalalkan segala cara. Tujuan memberi nafkah keluarga adalah baik. Tetapi, cara yang ditempuh pun harus baik. Banyak muslimah yang gigih membantu ekonomi keluarganya dengan bekerja keras dalam berbagai bidang profesi, dan juga toleran dengan yang lain. Tapi, apakah Menuk sosok Muslimah yang ideal untuk ditampilkan?
Walhasil, Film tanda Tanya “?” karya Hanung Bramantyo ini membawa pesan besar yang terlalu jelas: agama apa saja, sebenarnya sama saja! Agama-agama dipandang sebagai jalan setapak menuju Tuhan yang sama. Juga, agama-agama dianggap barang remeh; laksana baju, agama boleh ditukar dan -- kalau perlu -- dibuang kapan saja! Katanya, demi kerukunan, demi toleransi, dan demi perdamaian.
Dan terakhir di era globalisasi dan kebebasan informasi, saat kemusyrikan dan kemurtadan ditampilkan dalam wujud yang menawan dan menghibur, ada baiknya kita merenungkan satu ayat al-Quran: "Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan setan (dari jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian lainnya perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu." (QS 6:112)
Juga, Nabi Muhammad saw pernah bersabda: “Bersegaralah mengerjakan amal shalih, (sebab) akan datang banyak fitnah laksana malam yang gelap gulita. Pada pagi hari, seseorang berada dalam keadaan mukmin, tetapi sore harinya menjadi kafir. (Atau) sore harinya dia mukmin, pagi harinya menjadi kafir. Dia menjual agamanya dengan harta-benda dunia.” (HR Muslim).
Wallahu a’lam bil-shawab.
nicky alma febriana fauzi
mulai dari diri sendiri, mulai dari hal yang terkecil, dan mulai saat ini...
Kamis, 02 Juni 2011
Kamis, 21 April 2011
TERSENYUMLAH
Senyum adalah ekspresi yang menceritakan sebuah kebahagiaan, kesenangan dan ketenangan. Sebuahanugerah yang diberikan kepada siapa saja. Tidak mengenal kelas, status sosial, ras dan warna kulit.
Bedanya barangkali terletak pada pemicu senyum bagi masing-masing individu. Bagi petani yang hidup di desa terpencil pada sebuah lereng gunung, mungkin derai dedaunan, rintik hujan atau sekedar tumbuhnya padi yang ia tebar cukup untuk menjadi pemicu sebuah senyuman.
Disamping ekspresi dari sebuah kebahagiaan, senyum juga merupakan simbol dari rasa syukur. Dimana kata syukur dalam bahasa yang lebih kita fahami adalah "pengakuan dari sebuah kenikmatan". Senyum adalah wujud minimal dari pengakuan itu. Dari senyum maka lahirlah kalimat " alhamdulillah".
Dari senyum maka lahirlah rasa berbagi dan lain sebagainya.
Jika demikian, maka sebenarnya kita memiliki stok senyum yang tidak terbatas. Karena kita dilingkupi nikmat yang tidak terbatas. Mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi, semuanya penuh dengan kenikmatan.
Bahkan kesedihan sekalipun.
Karenanya pernah ada sebuah cerita tentang seorang teman yang sudah ia anggap adik menangis, ia tersenyum dan ia katakan sama teman nya. "Teruskanlah menangis, tapi kalau sudah selesai menangisnya,.. tersenyum ya".
Spontan saja teman nya tersenyum meski masih diiringi isakan, lalu protes,"aku masih sedih kok disuruh tersenyum tow bang". Spontan iakatakan, " Ya harus senyum,...coba kalau kamu tidak bisa sedih, tidak bisa menangis,... karenanya tersenyumlah karena kamu masih dikaruniai nikmat sedih dan nikmat menangis".
Kita mungkin tidak akan bisa melihat indahnya pelangi jika tanpa hujan dan indahnya matahari, tersenyumlah.
Jika kita mampu menangkap segala kenikmatan yang kita rasakan, kenikmatan setiap udara yang kita hirup, setiap tatapan mata kita, setiap pendengaran kita, setiap denyut nadi dan detak jantung kita, setiap tapak kaki yang kita ayunkan, setiap gerakan dari anggota badan kita. Maka hidup kita akan penuh dengan senyum. Lalu kita akan melihat betapa banyak kenikmatan yang kita rasakan. Bahkan kenikmatan itu terasa bertambah dan bertambah setiap kita mengurai sebuah senyuman.
Bahkan ketika masalah terus saja mendera kita, cobalah untuk tetap tersenyum dan bersyukur tetaplah berfikir positif bahwa ALLAH sangat sayang dengan kita, Dia disana sedang memperhatikan kita dengan seksama. Insya ALLAH masalah yang kita hadapi akan terasa lebih ringan dan bahkan akan menemukan banyak sekali jalan keluar. Tetaplah bersyukur (^_^)
Inilah sebenarnya yang telah digariskan Allah dalam al-Qur'an: "Jika kalian semua bersyukur maka akan kami tambah, namun jika kalian mengingkari segala nikmat yang telah kami berikan, maka sesungguhnya azabku sangatlah pedih" ( QS. Ibrahim: 7 )
Maka Tersenyumlaah (^_^)
Bedanya barangkali terletak pada pemicu senyum bagi masing-masing individu. Bagi petani yang hidup di desa terpencil pada sebuah lereng gunung, mungkin derai dedaunan, rintik hujan atau sekedar tumbuhnya padi yang ia tebar cukup untuk menjadi pemicu sebuah senyuman.
Disamping ekspresi dari sebuah kebahagiaan, senyum juga merupakan simbol dari rasa syukur. Dimana kata syukur dalam bahasa yang lebih kita fahami adalah "pengakuan dari sebuah kenikmatan". Senyum adalah wujud minimal dari pengakuan itu. Dari senyum maka lahirlah kalimat " alhamdulillah".
Dari senyum maka lahirlah rasa berbagi dan lain sebagainya.
Jika demikian, maka sebenarnya kita memiliki stok senyum yang tidak terbatas. Karena kita dilingkupi nikmat yang tidak terbatas. Mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi, semuanya penuh dengan kenikmatan.
Bahkan kesedihan sekalipun.
Karenanya pernah ada sebuah cerita tentang seorang teman yang sudah ia anggap adik menangis, ia tersenyum dan ia katakan sama teman nya. "Teruskanlah menangis, tapi kalau sudah selesai menangisnya,.. tersenyum ya".
Spontan saja teman nya tersenyum meski masih diiringi isakan, lalu protes,"aku masih sedih kok disuruh tersenyum tow bang". Spontan iakatakan, " Ya harus senyum,...coba kalau kamu tidak bisa sedih, tidak bisa menangis,... karenanya tersenyumlah karena kamu masih dikaruniai nikmat sedih dan nikmat menangis".
Kita mungkin tidak akan bisa melihat indahnya pelangi jika tanpa hujan dan indahnya matahari, tersenyumlah.
Jika kita mampu menangkap segala kenikmatan yang kita rasakan, kenikmatan setiap udara yang kita hirup, setiap tatapan mata kita, setiap pendengaran kita, setiap denyut nadi dan detak jantung kita, setiap tapak kaki yang kita ayunkan, setiap gerakan dari anggota badan kita. Maka hidup kita akan penuh dengan senyum. Lalu kita akan melihat betapa banyak kenikmatan yang kita rasakan. Bahkan kenikmatan itu terasa bertambah dan bertambah setiap kita mengurai sebuah senyuman.
Bahkan ketika masalah terus saja mendera kita, cobalah untuk tetap tersenyum dan bersyukur tetaplah berfikir positif bahwa ALLAH sangat sayang dengan kita, Dia disana sedang memperhatikan kita dengan seksama. Insya ALLAH masalah yang kita hadapi akan terasa lebih ringan dan bahkan akan menemukan banyak sekali jalan keluar. Tetaplah bersyukur (^_^)
Inilah sebenarnya yang telah digariskan Allah dalam al-Qur'an: "Jika kalian semua bersyukur maka akan kami tambah, namun jika kalian mengingkari segala nikmat yang telah kami berikan, maka sesungguhnya azabku sangatlah pedih" ( QS. Ibrahim: 7 )
Maka Tersenyumlaah (^_^)
Selasa, 29 Maret 2011
Ilmuwan Mesir Ungkap Lokasi Kekayaan Bumi Pakai Ayat Al-Qur’an
KAIRO (voa-islam.com): Mahmoud Salit .. demikianlah namanya, ilmuan Mesir yang usianya diatas 50 tahun ini, menghabiskan lebih dari setengah hidupnya bekerja dalam studi dan penelitian berkaitan dengan indikasi lafal dan angka dari ayat-ayat Al-Qur’an, dan setelah lebih dari 30 tahun melakukan penelitian yang berkesinambungan menegaskan kepada “Alarabiya.net” kemampuannya untuk mengidentifikasi seluruh kekayaan minyak, bahan mentah, arkeologi dan pertambangan di setiap lokasi di bawah permukaan bumi dan laut ..
Ia menjelaskan melalui penelitian yang berlangsung selama 30 tahun telah mencapai banyak fakta-fakta Al-Qur’an yang menjelaskan tanpa keraguan adanya harta terpendam di kedalaman bumi .. terutama harta Karun, membayangkan kembali bagaimana ekonomi orang Arab jika harta-harta tersebut berhasil dieksplorasi, apalagi tidak ada larangan syarie dalam penggalian harta dan kekayaan bumi kecuali dalam kasus tertentu seperti kasus gunung emas yang ada di bawah Sungai Efrat.
Dan bagaimana cara menentukan lokasi-lokasi harta kekayaan tersebut Salit menekankan, bahwa hal ini dilakukan melalui sejumlah poros, termasuk melalui penyamaan dengan membagi ketinggian tempat tertinggi di bumi, yaitu Gunung Everest terhadap pengulangan terbanyak dari kata “bumi” dalam Al-Qur’an yaitu yang terkandung dalam Surah “Al-Baqarah”, dan hasilnya sebagai berikut: 8848 ÷ 24 kali, sehingga hasilnya adalah kedalaman tanah dari harta Karun = 7 derajat × 368 meter = 2576 meter .. merupakan kedalaman di mana terdapat semua harta Karun yang kunci-kuncinya hanya mampu diangkat oleh sejumlah pria yang kuat, yang dibenamkan Allah Ta’alaa kedalam bumi, sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an.
Penentuan lokasi harta Karun:
Dan lokasi yang tepat dari harta Karun menurut penelitian yang ditunjukkannya ada di wilayah barat Danau Karun di provinsi Fayoum Mesir, mengingat bahwa kedalaman air di danau tersebut lebih dari20 meter. Dia meminta pihak yang berwenang untuk mempersiapkan alat “seismik” untuk kawasan tersebut untuk memverifikasi temuannya ..
Mengenai cerita tentang gunung emas yang ada di bawah dasar Sungai Efrat .. Dia menekankan bahwa dia menggunakan cara yang sama untuk menentukan lokasinya seperti pada harta Karun, tetapi menolak untuk mengungkapkan lakasinya karena adanya larangan eksplisit dari Nabi saw untuk menggalinya karena akan menimbulkan fitnah dan perselisihan, sebagaimana dinyatakan dalam hadits Abu Hurairah radhiallahu anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak akan terjadi hari kiamat sehingga Efrat dibalikkan menjadi gunung emas yang diperebutkan manusia, dari setiap 100 terbunuh 99, setiap orang dari mereka berkata: mudah-mudahan aku yang selamat”.
Kekayaan tersembunyi di dunia Arab:
Dia menjelaskan bahwa penelitiannya meluas ke setiap tempat di bumi .. Sampai sekarang bumi belum mengeluarkan seluruh kekayaannya yang bernilai ribuan miliar dolar dari emas, minyak dan harta terpendam, dia menunjukkan bahwa penelitiannya menentukan secara teliti lokasi-lokasi kekayaan di Mesir, termasuk 6 tambang uranium, 14 bahan radioaktif, 24 sumur minyak & gas, 11 harta arkeologi, 5 tambang bijih besi,3 pertambangan garam, 17 tambang emas dan perak, dan harta dan kekayaan ini tersebar antara Sungai Nil dan dua laut yaitu Laut Merah dan Mediterania dan Gurun Timur.
Ada juga tambang emas terbesar di dunia di Kuwait pada kedalaman 3312 meter, serta tambang uranium terbesar di dunia dan ditemukan di Yaman, dan sumur minyak terbesar juga ada di Palestina yang terjajah, dan ada di Madinah dua tambang emas, dan di Mekah empat tambang emas, di samping 3 harta arkeologi di Mekah, dan 3 harta arkeologi lainnya di kota Madinah, dan ada 6 sumur minyak dan gas utara Yanbu, utara Laits, dan bagian utara Syaqiq .. Semua lokasi kekayaan ini ditentukan secara teliti pada peta petunjuk.
Ketika ditanya apakah ia telah benar-benar memverifikasi penemuannya, dia menekankan pada 22/10/2002 mengajukan permohonan untuk wawancara dengan Menteri Kelistrikan Mesir untuk memberitahu mengenai keberadaan enam tambang uranium, sehingga mengalihkannya kepada direktur bahan nuklir pada saat itu untuk memberitahukan kepadanya tentang hal itu, dan disana dia menyerahkan sebuah peta yang menunjukkan lokasi tambang di utara Governorat Sohag, lalu menugaskan Dr Abul Huda Serafi Direktur Eksplorasi di Lembaga tersebut untuk memverifikasinya, setelah itu surat kabar melaporkan adanya penemuan tambang, tanpa merujuk pada perannya, jadi sekarang dia melanjutkan usahanya untuk mengungkap karya ilmiah .. Menghimbau kepada Khadimul Haramain Dua Masjid Suci dan para pemimpin Arab dengan bantuannya untuk mendeteksi kekayaan ini yang akan menambah manfaat kepada negara mereka. [ar/alarabiaya]
Ia menjelaskan melalui penelitian yang berlangsung selama 30 tahun telah mencapai banyak fakta-fakta Al-Qur’an yang menjelaskan tanpa keraguan adanya harta terpendam di kedalaman bumi .. terutama harta Karun, membayangkan kembali bagaimana ekonomi orang Arab jika harta-harta tersebut berhasil dieksplorasi, apalagi tidak ada larangan syarie dalam penggalian harta dan kekayaan bumi kecuali dalam kasus tertentu seperti kasus gunung emas yang ada di bawah Sungai Efrat.
Dan bagaimana cara menentukan lokasi-lokasi harta kekayaan tersebut Salit menekankan, bahwa hal ini dilakukan melalui sejumlah poros, termasuk melalui penyamaan dengan membagi ketinggian tempat tertinggi di bumi, yaitu Gunung Everest terhadap pengulangan terbanyak dari kata “bumi” dalam Al-Qur’an yaitu yang terkandung dalam Surah “Al-Baqarah”, dan hasilnya sebagai berikut: 8848 ÷ 24 kali, sehingga hasilnya adalah kedalaman tanah dari harta Karun = 7 derajat × 368 meter = 2576 meter .. merupakan kedalaman di mana terdapat semua harta Karun yang kunci-kuncinya hanya mampu diangkat oleh sejumlah pria yang kuat, yang dibenamkan Allah Ta’alaa kedalam bumi, sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an.
Penentuan lokasi harta Karun:
Dan lokasi yang tepat dari harta Karun menurut penelitian yang ditunjukkannya ada di wilayah barat Danau Karun di provinsi Fayoum Mesir, mengingat bahwa kedalaman air di danau tersebut lebih dari20 meter. Dia meminta pihak yang berwenang untuk mempersiapkan alat “seismik” untuk kawasan tersebut untuk memverifikasi temuannya ..
Mengenai cerita tentang gunung emas yang ada di bawah dasar Sungai Efrat .. Dia menekankan bahwa dia menggunakan cara yang sama untuk menentukan lokasinya seperti pada harta Karun, tetapi menolak untuk mengungkapkan lakasinya karena adanya larangan eksplisit dari Nabi saw untuk menggalinya karena akan menimbulkan fitnah dan perselisihan, sebagaimana dinyatakan dalam hadits Abu Hurairah radhiallahu anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak akan terjadi hari kiamat sehingga Efrat dibalikkan menjadi gunung emas yang diperebutkan manusia, dari setiap 100 terbunuh 99, setiap orang dari mereka berkata: mudah-mudahan aku yang selamat”.
Kekayaan tersembunyi di dunia Arab:
Dia menjelaskan bahwa penelitiannya meluas ke setiap tempat di bumi .. Sampai sekarang bumi belum mengeluarkan seluruh kekayaannya yang bernilai ribuan miliar dolar dari emas, minyak dan harta terpendam, dia menunjukkan bahwa penelitiannya menentukan secara teliti lokasi-lokasi kekayaan di Mesir, termasuk 6 tambang uranium, 14 bahan radioaktif, 24 sumur minyak & gas, 11 harta arkeologi, 5 tambang bijih besi,3 pertambangan garam, 17 tambang emas dan perak, dan harta dan kekayaan ini tersebar antara Sungai Nil dan dua laut yaitu Laut Merah dan Mediterania dan Gurun Timur.
Ada juga tambang emas terbesar di dunia di Kuwait pada kedalaman 3312 meter, serta tambang uranium terbesar di dunia dan ditemukan di Yaman, dan sumur minyak terbesar juga ada di Palestina yang terjajah, dan ada di Madinah dua tambang emas, dan di Mekah empat tambang emas, di samping 3 harta arkeologi di Mekah, dan 3 harta arkeologi lainnya di kota Madinah, dan ada 6 sumur minyak dan gas utara Yanbu, utara Laits, dan bagian utara Syaqiq .. Semua lokasi kekayaan ini ditentukan secara teliti pada peta petunjuk.
Ketika ditanya apakah ia telah benar-benar memverifikasi penemuannya, dia menekankan pada 22/10/2002 mengajukan permohonan untuk wawancara dengan Menteri Kelistrikan Mesir untuk memberitahu mengenai keberadaan enam tambang uranium, sehingga mengalihkannya kepada direktur bahan nuklir pada saat itu untuk memberitahukan kepadanya tentang hal itu, dan disana dia menyerahkan sebuah peta yang menunjukkan lokasi tambang di utara Governorat Sohag, lalu menugaskan Dr Abul Huda Serafi Direktur Eksplorasi di Lembaga tersebut untuk memverifikasinya, setelah itu surat kabar melaporkan adanya penemuan tambang, tanpa merujuk pada perannya, jadi sekarang dia melanjutkan usahanya untuk mengungkap karya ilmiah .. Menghimbau kepada Khadimul Haramain Dua Masjid Suci dan para pemimpin Arab dengan bantuannya untuk mendeteksi kekayaan ini yang akan menambah manfaat kepada negara mereka. [ar/alarabiaya]
Antara Ridha dan Pasrah
Ridha berasal dari kata radhiya-yardha yang berarti menerima suatu perkara dengan lapang dada tanpa merasa kecewa ataupun tertekan. Sedangkan menurut istilah, ridha berkaitan dengan perkara keimanan yang terbagi menjadi dua macam. Yaitu, ridha Allah kepada hamba-Nya dan ridha hamba kepada Allah (Al-Mausu'ah Al-Islamiyyah Al-'Ammah: 698). Ini sebagaimana diisyaratkan Allah dalam firman-Nya, ''Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya.'' (QS 98: 8).
Ridha Allah kepada hamba-Nya adalah berupa tambahan kenikmatan, pahala, dan ditinggikan derajat kemuliaannya. Sedangkan ridha seorang hamba kepada Allah mempunyai arti menerima dengan sepenuh hati aturan dan ketetapan Allah. Menerima aturan Allah ialah dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Adapun menerima ketetapannya adalah dengan cara bersyukur ketika mendapatkan nikmat dan bersabar ketika ditimpa musibah.
Dari definisi ridha tersebut terkandung isyarat bahwa ridha bukan berarti menerima begitu saja segala hal yang menimpa kita tanpa ada usaha sedikit pun untuk mengubahnya. Ridha tidak sama dengan pasrah. Ketika sesuatu yang tidak diinginkan datang menimpa, kita dituntut untuk ridha. Dalam artian kita meyakini bahwa apa yang telah menimpa kita itu adalah takdir yang telah Allah tetapkan, namun kita tetap dituntut untuk berusaha. Allah berfirman, ''Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.'' (QS 13: 11).
Hal ini berarti ridha menuntut adanya usaha aktif. Berbeda dengan sikap pasrah yang menerima kenyataan begitu saja tanpa ada usaha untuk mengubahnya. Walaupun di dalam ridha terdapat makna yang hampir sama dengan pasrah yaitu menerima dengan lapang dada suatu perkara, namun di sana dituntut adanya usaha untuk mencapai suatu target yang diinginkan atau mengubah kondisi yang ada sekiranya itu perkara yang pahit. Karena ridha terhadap aturan Allah seperti perintah mengeluarkan zakat, misalnya, bukan berarti hanya mengakui itu adalah aturan Allah melainkan disertai dengan usaha untuk menunaikannya.
Begitu juga ridha terhadap takdir Allah yang buruk seperti sakit adalah dengan berusaha mencari takdir Allah yang lain, yaitu berobat. Seperti yang dilakukan Khalifah Umar bin Khathab ketika ia lari mencari tempat berteduh dari hujan deras yang turun ketika itu. Ia ditanya, ''Mengapa engkau lari dari takdir Allah, wahai Umar?'' Umar menjawab, ''Saya lari dari takdir Allah yang satu ke takdir Allah yang lain.''
Dengan demikian, tampaklah perbedaan antara makna ridha dan pasrah, yang kebanyakan orang belum mengetahuinya. Dan itu bisa mengakibatkan salah persepsi maupun aplikasi terhadap makna ayat- ayat yang memerintahkan untuk bersikap ridha terhadap segala yang Allah tetapkan. Dengan kata lain pasrah akan melahirkan sikap fatalisme. Sedangkan ridha justru mengajak orang untuk optimistis. Wallahu a'lam.
----------
Sumber: Republika - Jumat, 18 Maret 2005
Ridha Allah kepada hamba-Nya adalah berupa tambahan kenikmatan, pahala, dan ditinggikan derajat kemuliaannya. Sedangkan ridha seorang hamba kepada Allah mempunyai arti menerima dengan sepenuh hati aturan dan ketetapan Allah. Menerima aturan Allah ialah dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Adapun menerima ketetapannya adalah dengan cara bersyukur ketika mendapatkan nikmat dan bersabar ketika ditimpa musibah.
Dari definisi ridha tersebut terkandung isyarat bahwa ridha bukan berarti menerima begitu saja segala hal yang menimpa kita tanpa ada usaha sedikit pun untuk mengubahnya. Ridha tidak sama dengan pasrah. Ketika sesuatu yang tidak diinginkan datang menimpa, kita dituntut untuk ridha. Dalam artian kita meyakini bahwa apa yang telah menimpa kita itu adalah takdir yang telah Allah tetapkan, namun kita tetap dituntut untuk berusaha. Allah berfirman, ''Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.'' (QS 13: 11).
Hal ini berarti ridha menuntut adanya usaha aktif. Berbeda dengan sikap pasrah yang menerima kenyataan begitu saja tanpa ada usaha untuk mengubahnya. Walaupun di dalam ridha terdapat makna yang hampir sama dengan pasrah yaitu menerima dengan lapang dada suatu perkara, namun di sana dituntut adanya usaha untuk mencapai suatu target yang diinginkan atau mengubah kondisi yang ada sekiranya itu perkara yang pahit. Karena ridha terhadap aturan Allah seperti perintah mengeluarkan zakat, misalnya, bukan berarti hanya mengakui itu adalah aturan Allah melainkan disertai dengan usaha untuk menunaikannya.
Begitu juga ridha terhadap takdir Allah yang buruk seperti sakit adalah dengan berusaha mencari takdir Allah yang lain, yaitu berobat. Seperti yang dilakukan Khalifah Umar bin Khathab ketika ia lari mencari tempat berteduh dari hujan deras yang turun ketika itu. Ia ditanya, ''Mengapa engkau lari dari takdir Allah, wahai Umar?'' Umar menjawab, ''Saya lari dari takdir Allah yang satu ke takdir Allah yang lain.''
Dengan demikian, tampaklah perbedaan antara makna ridha dan pasrah, yang kebanyakan orang belum mengetahuinya. Dan itu bisa mengakibatkan salah persepsi maupun aplikasi terhadap makna ayat- ayat yang memerintahkan untuk bersikap ridha terhadap segala yang Allah tetapkan. Dengan kata lain pasrah akan melahirkan sikap fatalisme. Sedangkan ridha justru mengajak orang untuk optimistis. Wallahu a'lam.
----------
Sumber: Republika - Jumat, 18 Maret 2005
Dari Ibu, Kita Belajar mengenal Allah...
"Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula)." (QS. Al AhQaaf 46:15)
"Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu." (QS. Luqman 31:14)
Dari Abu Hurairah r.a, katanya: "Seseorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah Saw, "Ya, Rasulullah, siapakah dari keluargaku yang paling berhak dengan kebaktianku yang terindah?" Jawab beliau, "Ibumu!, kemudian ibumu, kemudian ibumu, kemudian bapakmu, kemudian yang terdekat kepadamu, yang terdekat". Sahabatku tercinta rahimakumullah, bukankah Ibu adalah orang pertama yang kita kenal ketika hadir di alam ini? Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS. An-Nahl 16:78)
Beliau sambut kehadiran kita dengan penuh senyum kebahagiaan. "Alhamdulillah," ucapnya lirih, betapa Allah Maha Kuasa, sungguh peristiwa melahirkan adalah suatu peristiwa yang teramat sangat luar biasa bagi seorang wanita. Tak terbayangkan betapa menderita berjuang antara hidup dan mati. Tiada peduli urat-urat beliau terputus, Masya Allah, betapa sungguh tak ternyana sakitnya
Tapi beliau ikhlas, "Untuk anakku tercinta akan kukorbankan seluruh jiwa raga". Betapa mulia seorang ibu, beliau sabar memelihara, menjaga, merawat, dan membesarkan kita. Duh ketika keremangan malam yang dingin ia dapati kita menangis. Beliau terjaga, beranjak bergegas menghampiri, memberikan apa yang kita pinta. Masya Allah . Beliau sangat sayang dan begitu pengasih, ketika kita sudah bisa bermain, berlari terkadang ibu memarahi kita, "Jangan main di sini anakku... nanti kotor, jangan begini begitu karena tidak baik!". Semua itu dilakukannya karena tidak ingin kita celaka...
Ketika kita beranjak dewasa, perlu makan beliau rela tak makan demi kita kasih sayangnya begitu tulus tanpa pamrih tak mengharapkan apa-apa kecuali kita sehat dan selamat. Hari berganti hari detik, menit, waktu akhirnya kita sadari hakikat keberadaan diri ini. Jadi... terbuktilah bagaimana Allah Swt itu Ar Rahmaan dan Ar Rahiim, Maha Pengasih dan Maha Penyayang, Dengan Cinta-Nya Ia memperkenalkan diri-Nya melalui perantara seorang Ibu. Kalau ibu saja begitu, apalagi Allah yang menciptakan kita? Subhanallah, Walhamdulillah, Walaa ilaa ha ilallah, Wallaahu Akbar. Karena pengorbanan Ibu yang tak terhingga itulah, Allah mewajibkan (memerintahkan) kita supaya berbakti (berbuat baik) kepada beliau.
"Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia." (QS. Al-Isra’ 17:23)
"Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo'a: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni'mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau Ridhai: berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri". (QS. Al AhQaaf 46:15).
"Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". (QS. Al-Isra'17:24)
Dari Abu Hurairah r.a, katanya: "Seseorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah Saw, 'Ya, Rasulullah, siapakah dari keluargaku yang paling berhak dengan kebaktianku yang terindah?' Jawab beliau, " Ibumu! Kemudian ibumu Kemudian ibumu, Kemudian bapakmu, kemudian yang terdekat kepadamu, yang terdekat.
Perbandingan cinta menurut Rasulullah kepada Ibu dibanding Bapak adalah 3:1. Berbakti sebaik-baiknya pada orangtua juga merupakan jihad yang Allah janjikan sangat besar pahalanya. Sebagaimana sabda Beliau Saw: Dari Abdullah bin Amru bin Ash r.a. katanya: Seorang laki-laki datang menghadap Rasulullah Saw. Lalu dia berkata: "Aku bai’at (berjanji setia) dengan Anda akan ikut hijrah dan jihad, karena aku mengingini pahala dari Allah. Tanya Nabi Saw, "Apakah orangtuamu masih hidup? Jawab orang itu, "Bahkan keduanya masih hidup". Tanya Nabi Saw, "Apakah kamu mengharapkan pahala dari Allah?" Jawabnya, " Ya!" Sabda Nabi Saw, "Pulanglah kamu kepada kedua orangtuamu, lalu berbaktilah pada keduanya sebaik-baiknya!". Besar pahalanya juga seimbang dengan besar dosanya jika tidak berbakti padanya.
Dari Abu Hurairah r.a, dari Nabi Saw sabdanya: "Dia celaka! Dia celaka! Dia celaka!" Lalu beliau ditanya orang, " Siapakah yang celaka, Ya Rasulullah?" Jawab Nabi Saw, " Siapa yang mendapati kedua orang tuanya (dalam usia lanjut), atau salah satu keduanya, tetapi dia tidak berusaha masuk surga (dengan merawat orang tuanya sebaik-baiknya)".
Bukti kecintaan Rasulullah kepada Ibu, dapat dilihat dibawah ini, Dari Fadhal r.a, katanya: Seorang perempuan dari Khats'am bertanya kepada Rasulullah Saw, katanya: " Ya, Rasulullah! Bapakku sudah tua renta, kepadanya terpikul kewajiban menunaikan ibadah haji, sedangkan dia sudah tak sanggup duduk di punggung untanya, bagaimana itu? Jawab Rasulullah Saw, "Hajikanlah dia olehmu!" Dari Aisyah r.a., katanya : Seorang laki-laki datang bertanya kepada Rasulullah Saw, " ya Rasulullah! Ibuku meninggal dengan tiba-tiba dan beliau tidak sempat berwasiat. Menurut dugaanku, seandainya dia sempat berbicara, mungkin dia akan bersedekah. Dapatkah beliau akan pahalanya jika aku bersedekah atas nama beliau?" Jawab Rasulullah Saw, " Ya, dapat!" Dari Ibnu Abbas r.a., katanya: "Sa'ad bin Ubadah pernah minta fatwa kepada Rasulullah Saw. Tentang nazar ibunya yang telah meninggal, tetapi belum sempat ditunaikannya. Maka bersabda Rasulullah Saw, "Bayarlah olehmu atas namanya!" " Bagaimana jika Orangtua kita menyuruh untuk mepersekutukan Allah? "Allah Berfirman: "Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS Luqman 31:15).
Dari Asma’ binti Abu Bakar r.a., katanya: "Ketika terjadi gencatan senjata dengan kaum Quraisy, ibuku yang ketika itu masih musyrik mendatangiku. Lalu aku minta izin kepada Rasulullah Saw. Seraya berkata:" Ya Rasulullah! Ibuku mendatangiku, karena beliau rindu kepadaku. Bolehkah aku menemuinya?". Jawab rasulullah Saw, " Ya, boleh! Temuilah ibumu!" Begitu besar perhatian Allah dan kekasih-Nya pada orangtua kita. Walaupun Beliau (orangtua) menyuruh kita mepersekutukan Allah, Allah dan Rasul tetap mengharuskan kita untuk berbuat baik kepada orangtua kita.
Karena itulah sahabatku, Janganlah cinta kita pada seseorang melebihi cinta kita pada ibu. Bukankah peran seorang ibu sangat besar dalam kehidupan ini?! Kita terkadang tidak menyadari setelah kita dewasa, tidakkah kita terpikir mampukah kita membalas kasih sayang orang tua kita?.
Sahabatku, seorang lelaki dikatakan baik jika ia mampu menghargai seorang wanita. Dan wanita itu dikatakan mulia jika ia senantiasa menghargai dirinya. Tidak ada bekas ibu ataupun bekas anak. Dan jika rasa cintamu pada ibu lebih besar, Insya Allah... Para laki-laki shalih akan merasa bahwa kelak pendampingnya adalah anugerah terindah yang diberikan Allah Swt pada dirinya, dan tidak akan mampu mencari penggantinya.
Para wanita shalihat akan selalu belajar menutupi kekurangannya, karena ia yakin bahwa "saya adalah yang terindah" dihatinya... Dari Abdullah bin Umar r.a., katanya Rasulullah Saw, bersabda: "Dunia ialah kesenangan. Sebaik-baik kesenangan dunia ialah perempuan yang saleh".
Jika para laki-laki shalih mendapati pasangannya suatu kekurangan, sungguh itu tak sebanding dengan kelebihannya. Maka itu bimbinglah sahabat sejatimu menjadi sempurna dengan bimbingan yang bijaksana, sebagaimana Rasulullah membimbing.
Dari Abu Hurairah r.a., katanya Nabi Saw bersabda: "Siapa yang iman dengan Allah dan hari kiamat, maka apabila dia menyaksikan suatu peristiwa, hendaklah dia menanggapi dengan baik atau diam. Bijaksanalah membimbing wanita, karena wanita itu diciptakan dari tulang rusuk. Dan bahagiannya yang paling bengkok ialah yang sebelah atas. Jika engkau berusaha meluruskannya, niscaya dia patah. Tetapi jika engkau biarkan, dia akan senantiasa bengkok. Karena itu bijaksanalah membimbing wanita dengan baik."
Dan hidup ini akan selalu menyapu kesejukan dan keteduhan dalam diri kita semua. Membentuk keluarga sakinah, mawaddah, warahmah dan senantiasa diberkahi Allah Swt. Aamiin, Ya Rabbal aalamiin.
Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku pada kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mu'min pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)". (QS. Ibrahim 14:41)
"Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu." (QS. Luqman 31:14)
Dari Abu Hurairah r.a, katanya: "Seseorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah Saw, "Ya, Rasulullah, siapakah dari keluargaku yang paling berhak dengan kebaktianku yang terindah?" Jawab beliau, "Ibumu!, kemudian ibumu, kemudian ibumu, kemudian bapakmu, kemudian yang terdekat kepadamu, yang terdekat". Sahabatku tercinta rahimakumullah, bukankah Ibu adalah orang pertama yang kita kenal ketika hadir di alam ini? Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS. An-Nahl 16:78)
Beliau sambut kehadiran kita dengan penuh senyum kebahagiaan. "Alhamdulillah," ucapnya lirih, betapa Allah Maha Kuasa, sungguh peristiwa melahirkan adalah suatu peristiwa yang teramat sangat luar biasa bagi seorang wanita. Tak terbayangkan betapa menderita berjuang antara hidup dan mati. Tiada peduli urat-urat beliau terputus, Masya Allah, betapa sungguh tak ternyana sakitnya
Tapi beliau ikhlas, "Untuk anakku tercinta akan kukorbankan seluruh jiwa raga". Betapa mulia seorang ibu, beliau sabar memelihara, menjaga, merawat, dan membesarkan kita. Duh ketika keremangan malam yang dingin ia dapati kita menangis. Beliau terjaga, beranjak bergegas menghampiri, memberikan apa yang kita pinta. Masya Allah . Beliau sangat sayang dan begitu pengasih, ketika kita sudah bisa bermain, berlari terkadang ibu memarahi kita, "Jangan main di sini anakku... nanti kotor, jangan begini begitu karena tidak baik!". Semua itu dilakukannya karena tidak ingin kita celaka...
Ketika kita beranjak dewasa, perlu makan beliau rela tak makan demi kita kasih sayangnya begitu tulus tanpa pamrih tak mengharapkan apa-apa kecuali kita sehat dan selamat. Hari berganti hari detik, menit, waktu akhirnya kita sadari hakikat keberadaan diri ini. Jadi... terbuktilah bagaimana Allah Swt itu Ar Rahmaan dan Ar Rahiim, Maha Pengasih dan Maha Penyayang, Dengan Cinta-Nya Ia memperkenalkan diri-Nya melalui perantara seorang Ibu. Kalau ibu saja begitu, apalagi Allah yang menciptakan kita? Subhanallah, Walhamdulillah, Walaa ilaa ha ilallah, Wallaahu Akbar. Karena pengorbanan Ibu yang tak terhingga itulah, Allah mewajibkan (memerintahkan) kita supaya berbakti (berbuat baik) kepada beliau.
"Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia." (QS. Al-Isra’ 17:23)
"Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo'a: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni'mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau Ridhai: berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri". (QS. Al AhQaaf 46:15).
"Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". (QS. Al-Isra'17:24)
Dari Abu Hurairah r.a, katanya: "Seseorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah Saw, 'Ya, Rasulullah, siapakah dari keluargaku yang paling berhak dengan kebaktianku yang terindah?' Jawab beliau, " Ibumu! Kemudian ibumu Kemudian ibumu, Kemudian bapakmu, kemudian yang terdekat kepadamu, yang terdekat.
Perbandingan cinta menurut Rasulullah kepada Ibu dibanding Bapak adalah 3:1. Berbakti sebaik-baiknya pada orangtua juga merupakan jihad yang Allah janjikan sangat besar pahalanya. Sebagaimana sabda Beliau Saw: Dari Abdullah bin Amru bin Ash r.a. katanya: Seorang laki-laki datang menghadap Rasulullah Saw. Lalu dia berkata: "Aku bai’at (berjanji setia) dengan Anda akan ikut hijrah dan jihad, karena aku mengingini pahala dari Allah. Tanya Nabi Saw, "Apakah orangtuamu masih hidup? Jawab orang itu, "Bahkan keduanya masih hidup". Tanya Nabi Saw, "Apakah kamu mengharapkan pahala dari Allah?" Jawabnya, " Ya!" Sabda Nabi Saw, "Pulanglah kamu kepada kedua orangtuamu, lalu berbaktilah pada keduanya sebaik-baiknya!". Besar pahalanya juga seimbang dengan besar dosanya jika tidak berbakti padanya.
Dari Abu Hurairah r.a, dari Nabi Saw sabdanya: "Dia celaka! Dia celaka! Dia celaka!" Lalu beliau ditanya orang, " Siapakah yang celaka, Ya Rasulullah?" Jawab Nabi Saw, " Siapa yang mendapati kedua orang tuanya (dalam usia lanjut), atau salah satu keduanya, tetapi dia tidak berusaha masuk surga (dengan merawat orang tuanya sebaik-baiknya)".
Bukti kecintaan Rasulullah kepada Ibu, dapat dilihat dibawah ini, Dari Fadhal r.a, katanya: Seorang perempuan dari Khats'am bertanya kepada Rasulullah Saw, katanya: " Ya, Rasulullah! Bapakku sudah tua renta, kepadanya terpikul kewajiban menunaikan ibadah haji, sedangkan dia sudah tak sanggup duduk di punggung untanya, bagaimana itu? Jawab Rasulullah Saw, "Hajikanlah dia olehmu!" Dari Aisyah r.a., katanya : Seorang laki-laki datang bertanya kepada Rasulullah Saw, " ya Rasulullah! Ibuku meninggal dengan tiba-tiba dan beliau tidak sempat berwasiat. Menurut dugaanku, seandainya dia sempat berbicara, mungkin dia akan bersedekah. Dapatkah beliau akan pahalanya jika aku bersedekah atas nama beliau?" Jawab Rasulullah Saw, " Ya, dapat!" Dari Ibnu Abbas r.a., katanya: "Sa'ad bin Ubadah pernah minta fatwa kepada Rasulullah Saw. Tentang nazar ibunya yang telah meninggal, tetapi belum sempat ditunaikannya. Maka bersabda Rasulullah Saw, "Bayarlah olehmu atas namanya!" " Bagaimana jika Orangtua kita menyuruh untuk mepersekutukan Allah? "Allah Berfirman: "Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS Luqman 31:15).
Dari Asma’ binti Abu Bakar r.a., katanya: "Ketika terjadi gencatan senjata dengan kaum Quraisy, ibuku yang ketika itu masih musyrik mendatangiku. Lalu aku minta izin kepada Rasulullah Saw. Seraya berkata:" Ya Rasulullah! Ibuku mendatangiku, karena beliau rindu kepadaku. Bolehkah aku menemuinya?". Jawab rasulullah Saw, " Ya, boleh! Temuilah ibumu!" Begitu besar perhatian Allah dan kekasih-Nya pada orangtua kita. Walaupun Beliau (orangtua) menyuruh kita mepersekutukan Allah, Allah dan Rasul tetap mengharuskan kita untuk berbuat baik kepada orangtua kita.
Karena itulah sahabatku, Janganlah cinta kita pada seseorang melebihi cinta kita pada ibu. Bukankah peran seorang ibu sangat besar dalam kehidupan ini?! Kita terkadang tidak menyadari setelah kita dewasa, tidakkah kita terpikir mampukah kita membalas kasih sayang orang tua kita?.
Sahabatku, seorang lelaki dikatakan baik jika ia mampu menghargai seorang wanita. Dan wanita itu dikatakan mulia jika ia senantiasa menghargai dirinya. Tidak ada bekas ibu ataupun bekas anak. Dan jika rasa cintamu pada ibu lebih besar, Insya Allah... Para laki-laki shalih akan merasa bahwa kelak pendampingnya adalah anugerah terindah yang diberikan Allah Swt pada dirinya, dan tidak akan mampu mencari penggantinya.
Para wanita shalihat akan selalu belajar menutupi kekurangannya, karena ia yakin bahwa "saya adalah yang terindah" dihatinya... Dari Abdullah bin Umar r.a., katanya Rasulullah Saw, bersabda: "Dunia ialah kesenangan. Sebaik-baik kesenangan dunia ialah perempuan yang saleh".
Jika para laki-laki shalih mendapati pasangannya suatu kekurangan, sungguh itu tak sebanding dengan kelebihannya. Maka itu bimbinglah sahabat sejatimu menjadi sempurna dengan bimbingan yang bijaksana, sebagaimana Rasulullah membimbing.
Dari Abu Hurairah r.a., katanya Nabi Saw bersabda: "Siapa yang iman dengan Allah dan hari kiamat, maka apabila dia menyaksikan suatu peristiwa, hendaklah dia menanggapi dengan baik atau diam. Bijaksanalah membimbing wanita, karena wanita itu diciptakan dari tulang rusuk. Dan bahagiannya yang paling bengkok ialah yang sebelah atas. Jika engkau berusaha meluruskannya, niscaya dia patah. Tetapi jika engkau biarkan, dia akan senantiasa bengkok. Karena itu bijaksanalah membimbing wanita dengan baik."
Dan hidup ini akan selalu menyapu kesejukan dan keteduhan dalam diri kita semua. Membentuk keluarga sakinah, mawaddah, warahmah dan senantiasa diberkahi Allah Swt. Aamiin, Ya Rabbal aalamiin.
Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku pada kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mu'min pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)". (QS. Ibrahim 14:41)
Tuhanku,
Aku hanyalah sebutir pasir di gurun-MU yang luas
Aku hanyalah setetes embun di lautanMU yang meluap hingga ke seluruh samudra
Aku hanya sepotong rumput di padangMU yang memenuhi bumi
Aku hanya sebutir kerikil di gunung MU yang menjulang menyapa langit
Aku hanya seonggok bintang kecil yang reduo di samudra langit Mu yang tanpa batas
Tuhanku
Hamba yang hina ini menyadari tiada artinya diri ini di hadapanMU
Tiada Engkau sedikitpun memerlukan akan tetapi …
hamba terus menggantungkan segunung harapan pada MU
Tuhanku…………..baktiku tiada arti, ibadahku hanya sepercik air
Bagaimana mungkin sepercik air itu dapat memadamkan api neraka MU
Betapa sadar diri begitu hina dihadapanMU
Jangan jadikan hamba hina dihadapan makhlukMU
Diri yang tangannya banyak maksiat ini,
Mulut yang banyak maksiat ini,
Mata yang banyak maksiat ini…
Hati yang telah terkotori oleh noda ini…memiliki keninginana setinggi langit
Mungkinkah hamba yang hina ini menatap wajahMu yang mulia???
Tuhan…Kami semua fakir di hadapan MU tapi juga kikir dalam mengabdi kepada MU
Semua makhlukMU meminta kepada MU dan pintaku….
Ampunilah aku dan sudara-saudaraku yang telah memberi arti dalam hidupku
Sukseskanlah mereka mudahkanlah urusannya
Mungkin tanpa kami sadari , kamu pernah melanggar aturanMU
Melanggar aturtan qiyadah kami,bahkan terlena dan tak mau tahu akan amanah
Yang telah Tuhan percayakan kepada kami…Ampunilah kami
Pertemukan kami dalam syurga MU dalam bingkai kecintaan kepadaMU
Tuhanku….Siangku tak selalu dalam iman yang teguh
Malamku tak senantiasa dibasahi airmata taubat,
Pagiku tak selalu terhias oleh dzikir pada MU
Begitulah si lemah ini dalam upayanya yang sedikit
Janganlah kau cabut nyawaku dalam keadaan lupa pada Mu
Atau….dalam maksiat kepadaMU “Ya Tuhanku Tutuplah untuk kamu dengan sebaik-baiknya penutupan !!”
Dari saudara untuk saudara “Perbaiki diri Serulah Orang Lain”
Aku hanyalah sebutir pasir di gurun-MU yang luas
Aku hanyalah setetes embun di lautanMU yang meluap hingga ke seluruh samudra
Aku hanya sepotong rumput di padangMU yang memenuhi bumi
Aku hanya sebutir kerikil di gunung MU yang menjulang menyapa langit
Aku hanya seonggok bintang kecil yang reduo di samudra langit Mu yang tanpa batas
Tuhanku
Hamba yang hina ini menyadari tiada artinya diri ini di hadapanMU
Tiada Engkau sedikitpun memerlukan akan tetapi …
hamba terus menggantungkan segunung harapan pada MU
Tuhanku…………..baktiku tiada arti, ibadahku hanya sepercik air
Bagaimana mungkin sepercik air itu dapat memadamkan api neraka MU
Betapa sadar diri begitu hina dihadapanMU
Jangan jadikan hamba hina dihadapan makhlukMU
Diri yang tangannya banyak maksiat ini,
Mulut yang banyak maksiat ini,
Mata yang banyak maksiat ini…
Hati yang telah terkotori oleh noda ini…memiliki keninginana setinggi langit
Mungkinkah hamba yang hina ini menatap wajahMu yang mulia???
Tuhan…Kami semua fakir di hadapan MU tapi juga kikir dalam mengabdi kepada MU
Semua makhlukMU meminta kepada MU dan pintaku….
Ampunilah aku dan sudara-saudaraku yang telah memberi arti dalam hidupku
Sukseskanlah mereka mudahkanlah urusannya
Mungkin tanpa kami sadari , kamu pernah melanggar aturanMU
Melanggar aturtan qiyadah kami,bahkan terlena dan tak mau tahu akan amanah
Yang telah Tuhan percayakan kepada kami…Ampunilah kami
Pertemukan kami dalam syurga MU dalam bingkai kecintaan kepadaMU
Tuhanku….Siangku tak selalu dalam iman yang teguh
Malamku tak senantiasa dibasahi airmata taubat,
Pagiku tak selalu terhias oleh dzikir pada MU
Begitulah si lemah ini dalam upayanya yang sedikit
Janganlah kau cabut nyawaku dalam keadaan lupa pada Mu
Atau….dalam maksiat kepadaMU “Ya Tuhanku Tutuplah untuk kamu dengan sebaik-baiknya penutupan !!”
Dari saudara untuk saudara “Perbaiki diri Serulah Orang Lain”
BEDA ANTARA SUKA, CINTA DAN SAYANG
Dihadapan orang yang kau cintai,
musim dingin berubah menjadi musim semi yang indah
Dihadapan orang yang kau sukai,
musim dingin tetap saja musim dingin hanya
suasananya lebih indah sedikit
Dihadapan orang yang kau cintai,
jantungmu tiba tiba berdebar lebih cepat
Dihadapan orang yang kau sukai,
kau hanya merasa senang dan gembira saja
Apabila engkau melihat kepada mata orang yang
kau cintai, matamu berkaca-kaca
Apabila engkau melihat kepada mata orang yang
kau sukai, engkau hanya tersenyum saja
Dihadapan orang yang kau cintai,
kata kata yang keluar berasal dari perasaan yang terdalam
Dihadapan orang yang kau sukai,
kata kata hanya keluar dari pikiran saja
Jika orang yang kau cintai menangis,
engkaupun akan ikut menangis disisinya
Jika orang yang kau sukai menangis,
engkau hanya menghibur saja
Perasaan cinta itu dimulai dari mata, sedangkan
rasa suka dimulai dari telinga
Jadi jika kau mau berhenti menyukai seseorang,
cukup dengan menutup telinga.
Tapi apabila kau mencoba menutup matamu dari
orang yang kau cintai, cinta itu berubah menjadi
tetesan air mata dan terus tinggal dihatimu dalam
jarak waktu yang cukup lama.
"Tetapi selain rasa suka dan rasa cinta... ada
perasaan yang lebih mendalam.
Yaitu rasa sayang.... rasa yang tidak hilang
secepat rasa cinta. Rasa yang tidak mudah berubah.
Perasaan yang dapat membuat mu berkorban untuk orang yang kamu sayangi.
Mau menderita demi kebahagiaan orang yang kamu sayangi.
Cinta ingin memiliki. Tetapi Sayang hanya ingin
melihat orang yang disayanginya bahagia..
walaupun harus kehilangan."
Dihadapan orang yang kau cintai,
musim dingin berubah menjadi musim semi yang indah
Dihadapan orang yang kau sukai,
musim dingin tetap saja musim dingin hanya
suasananya lebih indah sedikit
Dihadapan orang yang kau cintai,
jantungmu tiba tiba berdebar lebih cepat
Dihadapan orang yang kau sukai,
kau hanya merasa senang dan gembira saja
Apabila engkau melihat kepada mata orang yang
kau cintai, matamu berkaca-kaca
Apabila engkau melihat kepada mata orang yang
kau sukai, engkau hanya tersenyum saja
Dihadapan orang yang kau cintai,
kata kata yang keluar berasal dari perasaan yang terdalam
Dihadapan orang yang kau sukai,
kata kata hanya keluar dari pikiran saja
Jika orang yang kau cintai menangis,
engkaupun akan ikut menangis disisinya
Jika orang yang kau sukai menangis,
engkau hanya menghibur saja
Perasaan cinta itu dimulai dari mata, sedangkan
rasa suka dimulai dari telinga
Jadi jika kau mau berhenti menyukai seseorang,
cukup dengan menutup telinga.
Tapi apabila kau mencoba menutup matamu dari
orang yang kau cintai, cinta itu berubah menjadi
tetesan air mata dan terus tinggal dihatimu dalam
jarak waktu yang cukup lama.
"Tetapi selain rasa suka dan rasa cinta... ada
perasaan yang lebih mendalam.
Yaitu rasa sayang.... rasa yang tidak hilang
secepat rasa cinta. Rasa yang tidak mudah berubah.
Perasaan yang dapat membuat mu berkorban untuk orang yang kamu sayangi.
Mau menderita demi kebahagiaan orang yang kamu sayangi.
Cinta ingin memiliki. Tetapi Sayang hanya ingin
melihat orang yang disayanginya bahagia..
walaupun harus kehilangan."
Langganan:
Postingan (Atom)